ECCLESIA IN TRANSITU
ECCLESIA IN TRANSITU
Harga reguler
Rp 68.500,00 IDR
Harga reguler
Harga obral
Rp 68.500,00 IDR
Harga satuan
/
per
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Penyunting : Meitha Sartika dan Hizkia A. Gunawan
Ukuran Buku : 14.5 x 21 cm
Halaman : 172 hal
ISBN : 978-602-231-533-9
Umat seringkali menganggap bahwa gereja sudah ada cetak birunya. Biasanya ini berhubungan dengan ajaran tentang gereja yang selama ini diterima dan juga sebagaimana diatur dalam Tata Gereja. Akibatnya, umat tidak lagi peka terhadap konteksnya yang pasti berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kumpulan tulisan dalam buku ini mau mengingatkan kembali bahwa gereja selalu ada dalam situasi transit (ecclesia in transitu). Biasa dikenal juga dengan ungkapan gereja yang ada dalam perjalanan (church in via). Gereja yang ada dalam perjalanan ini selalu perlu merespons budaya di tempat dan di masa ia hidup. Maka tidak ada eklesiologi yang baku atau absolut yang dapat menjawab kebutuhan segala zaman, karena tugas eklesiologi yang utama adalah untuk menolong gereja merespons konteksnya sebaik mungkin dengan merefleksikan secara teologis dan kritis identitas konkretnya (Healy 2004, 22).
Penyunting : Meitha Sartika dan Hizkia A. Gunawan
Ukuran Buku : 14.5 x 21 cm
Halaman : 172 hal
ISBN : 978-602-231-533-9
Umat seringkali menganggap bahwa gereja sudah ada cetak birunya. Biasanya ini berhubungan dengan ajaran tentang gereja yang selama ini diterima dan juga sebagaimana diatur dalam Tata Gereja. Akibatnya, umat tidak lagi peka terhadap konteksnya yang pasti berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kumpulan tulisan dalam buku ini mau mengingatkan kembali bahwa gereja selalu ada dalam situasi transit (ecclesia in transitu). Biasa dikenal juga dengan ungkapan gereja yang ada dalam perjalanan (church in via). Gereja yang ada dalam perjalanan ini selalu perlu merespons budaya di tempat dan di masa ia hidup. Maka tidak ada eklesiologi yang baku atau absolut yang dapat menjawab kebutuhan segala zaman, karena tugas eklesiologi yang utama adalah untuk menolong gereja merespons konteksnya sebaik mungkin dengan merefleksikan secara teologis dan kritis identitas konkretnya (Healy 2004, 22).