SIAPA EMPUNYA 5 ROTI?
SIAPA EMPUNYA 5 ROTI?
Harga reguler
Rp 60.000,00 IDR
Harga reguler
Harga obral
Rp 60.000,00 IDR
Harga satuan
/
per
Judul : Siapa Empunya Lima Roti?
Subjudul :Pergulatan Kaum Marginal di Maluku
Penulis : Elifas Tomix Maspaitella
Ukuran : 14,5 x 21 cm
Halaman : 164
ISBN : 978-602-231-423-3
Buku ini merupakan refleksi atas masalah-masalah sosial yang dialami penulis, juga yang sering terjadi dalam pengalaman bersosial di Indonesia dewasa ini. Di sini diperlihatkan bahwa dalam masyarakat kita ketidakadilan sosial telah menjadi salah satu ’gaya hidup’. Kritik elemen-elemen sipil terhadap penyimpangan-penyimpangan sosial bukannya melahirkan keseimbangan sosial, melainkan semakin memperparah kondisi penyimpangan sosial itu sendiri.
Sub topik ’Pergulatan Kaum Marginal di Maluku’ menjadi sebuah catatan untuk mempersoalkan kembali bagaimana ketidakadilan sosial itu terjadi dan apa yang kita perlukan untuk keluar dari situasi ini.
Ada beberapa argumentasi tekstual dan juga visi untuk memahami bahwa perubahan sosial perlu pula dilakukan sebagai sebuah gerakan kritik Injili. Tidak bisa dipungkiri bahwa perilaku dikotomi di masyarakat juga dibentuk oleh pemahaman teks-teks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diskriminatif. Masih ada orang yang berpegang pada tafsir yang diskriminatif itu dan merasa seakan-akan mereka pun memiliki jawaban tertentu atas situasi bermasyarakat dewasa ini. Diharapkan buku ini menjadi salah satu bahan refleksi dalam rangka menghidupkan kembali kesadaran-kesadaran keagamaan agar bisa hidup rukun bersama.
Subjudul :Pergulatan Kaum Marginal di Maluku
Penulis : Elifas Tomix Maspaitella
Ukuran : 14,5 x 21 cm
Halaman : 164
ISBN : 978-602-231-423-3
Buku ini merupakan refleksi atas masalah-masalah sosial yang dialami penulis, juga yang sering terjadi dalam pengalaman bersosial di Indonesia dewasa ini. Di sini diperlihatkan bahwa dalam masyarakat kita ketidakadilan sosial telah menjadi salah satu ’gaya hidup’. Kritik elemen-elemen sipil terhadap penyimpangan-penyimpangan sosial bukannya melahirkan keseimbangan sosial, melainkan semakin memperparah kondisi penyimpangan sosial itu sendiri.
Sub topik ’Pergulatan Kaum Marginal di Maluku’ menjadi sebuah catatan untuk mempersoalkan kembali bagaimana ketidakadilan sosial itu terjadi dan apa yang kita perlukan untuk keluar dari situasi ini.
Ada beberapa argumentasi tekstual dan juga visi untuk memahami bahwa perubahan sosial perlu pula dilakukan sebagai sebuah gerakan kritik Injili. Tidak bisa dipungkiri bahwa perilaku dikotomi di masyarakat juga dibentuk oleh pemahaman teks-teks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diskriminatif. Masih ada orang yang berpegang pada tafsir yang diskriminatif itu dan merasa seakan-akan mereka pun memiliki jawaban tertentu atas situasi bermasyarakat dewasa ini. Diharapkan buku ini menjadi salah satu bahan refleksi dalam rangka menghidupkan kembali kesadaran-kesadaran keagamaan agar bisa hidup rukun bersama.